Keberangkatan Pertama, Candi (02)
Ajax mematikan ponselnya dan mencoba memberikan sinyal kepada Zhongli yang sibuk menyetir dengan beberapa kali mengetuk jarinya ke dashboard mobil.
"Gue udah tau," ucap Zhongli lirih. Hampir tidak terdengar, namun mampu masuk ke telinga Ajax.
"Hm?"
Terdengar suara lain dari jok belakang. Suara yang terdengar sangat berat dan sedikit lesu. Saat Ajax ingin mencari tahu asal suara tersebut, ia mendapati Kaeya yang duduk tepat di belakangnya tengah menunduk dengan bahu yang bergetar.
Diluc yang juga manusia tentu takut. Ingin sekali berteriak atau lari, tapi kondisi seolah memaksanya untuk tetap diam.
"Udah tau, ya?"
Sosok yang berpura-pura menjadi Kaeya itu mengangkat kepalanya untuk memperlihatkan wajahnya yang secara perlahan berubah menjadi sesosok kakek-kakek. Kulitnya pun memucat dengan beberapa bekas luka kering di bagian leher.
"Bang, berhenti, Bang." Ajax panik setengah mati. Ia sudah banyak mengeluarkan keringat dingin.
Zhongli segera memberhentikan laju mobilnya setelah keadaan semakin tidak kondusif. Mereka bertiga lantas segera berlari menyusul Kaeya yang katanya berada di pos ronda meninggalkan mobil milik Pantalone di tengah jalan. Mereka sudah benar-benar tidak peduli, yang penting hanya keselamatan saja.
"Bang!"
Dari jauh tampak Kaeya melambaikan tangannya. Benar saja, ia kini sedang duduk bersama dengan beberapa anak remaja di pos ronda sembari menonton siaran bola.
"Kita disamperin setan, lu malah asik nonton bola." Diluc kesal, ia pun melayangkan jitakan ke kepala Kaeya.
"Yang salah duluan itu lu pada, ya. Ninggalin gue seenaknya," cerca Kaeya.
"Yang penting ini udah full team ngumpul, 'kan?" tanya Zhongli memastikan.
"Iya, tapi ini Ajax daritadi diem doang. Lu beneran Ajax, 'kan?" tegur Diluc.
Ajax yang sedari tadi diam karena masih takut mengalihkan pandangnya ke arah Diluc. "Iya, gue Ajax. Cuma masih takut gara-gara tadi," ucapnya jujur.
"Jangan ngosongin pikiran, tenang aja. Semakin lu takut, energi yang lu kasih ke mereka malah makin banyak." Zhongli menepuk pundak Ajax untuk menenangkan pria tersebut.
"Yuk, balik ke mobil."
Malam semakin larut dan jalanan yang sebelumnya ramai sekarang berubah 180°. Suasana sangat sepi, bahkan saat Ajax dan yang lain sudah kembali ke jalan utama. Kendaraan yang berlalu-lalang semakin sedikit.
"Lo pada tadi ada ngelakuin hal yang aneh-aneh pas di candi apa gimana?" omel Zhongli.
Kaeya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seolah sinyal bahwa ia ingin mengakui kesalahannya.
"Tadi gue kelepasan bilang harshword sama ngambil bunga kenanga, sih ...," ujar Kaeya mengaku.
Zhongli yang sibuk menyetir menepuk jidatnya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan perlakuan temannya itu.
"Gue udah bilang buat hati-hati, 'kan?"
"Gak sadar," elak Kaeya tak mau disalahkan sepenuhnya.
"Lain kali, jangan sembarangan ngelakuin hal gituan. Habis ini lo langsung mandi aja buat bersihinnya," nasehat Zhongli yang hanya disambut anggukan dari Kaeya.
Setelah sesi nasehat dari Zhongli, suasana di mobil hening sejenak. Mungkin masih sedikit kaget dengan kejadian yang tadi menimpa.
"Bang." Ajax menunjuk ke arah depan. Lebih tepatnya sedikit mengarah ke langit.
"Iya, itu kuyang."
Komentar
Posting Komentar