Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Keberangkatan Kedua, Air Panas (03)

Gambar
Derap langkah Ajax menjadi satu-satunya sumber kebisingan di malam ini. Semua penghuni rumah kedua milik Pantalone sudah tertidur. Hanya tersisa Ajax, Diluc, Zhongli, dan Kaeya yang masih terjaga di malam ini.  Karena ini bukan pertama kali Ajax tinggal di rumah Pantalone, ia tentu sudah hapal dengan denahnya. Tak terkecuali saklar-saklar lampu yang ada di dinding yang susunananya terbilang begitu rumit. "Gelap juga kalo lampunya mati gini. Tau gitu gue bawa handphone aja," gerutu Ajax sambil terus berjalan. Tepat di langkah ke-10, Ajax sudah sampai di depan tangga. Dapat dilihat sebuah saklar yang berada tepat di dinding yang ada di dekatnya. Namun, lampu tidak juga menyala saat Ajax sudah menekannya. Beberapa kali ia menekannya, tetap tidak ada perubahan sama sekali. "Ini rusak apa, ya?" Ajax berdecak kesal. Ia heran bagaimana bisa rumah sebesar ini memiliki masalah lampu yang tidak bisa menyala? "Bentar, Kae. Lampunya mati. Kayaknya gue harus man...

Keberangkatan Kedua, Air Panas (02)

Gambar
"Luc, kalo ngantuk gantian aja nyetirnya sama gue." Diluc yang sedang menguap pun menengok ke samping. Matanya sudah merah ternyata karena menahan kantuk dan letih. "Bentar lagi sampai, Jax. Gausah," tolaknya. "Diluc," panggil Zhongli dari belakang. Dapat didengar helaan napas dari pria itu. "Jangan dipaksain. Minggir aja dulu, yuk. Ngopi kita." "Emang jam segini ada yang buka?" tanya Diluc heran. "Ada setau gue. Biasanya jadi tempat ngumpul bapak-bapak," jawab Zhongli. "Nah, tuh!" seru Ajax seketika sambil menunjuk ke depan. Ia melihat ada warung dari jarak kurang lebih 50 meter. "Jangan," tukas Zhongli. Ia langsung memperlihatkan raut wajah tak enak. "Itu bukan warung," lanjutnya. Ajax dan Diluc lantas langsung menengok ke sisi jalan yang sebentar lagi akan melewati warung yang dimaksud. Mata mereka berdua sukses terbelalak kaget melihat perubahan yang terjadi dari warung tersebut.  ...

Keberangkatan Kedua, Air Panas (01)

Gambar
"Gantian nyetir, dong. Capek gue," keluh Zhongli. Tangannya sudah terasa sangat kaku karena menyetir cukup lama. Belum lagi sambil menahan gangguan-gangguan yang sedari tadi terus menghampirinya. Beruntung saja kini Zhongli, Ajax, Diluc, dan Kaeya sudah memasuki wilayah perkotaan yang penduduknya masih ramai berlalu-lalang. Tidak seperti saat mereka berada di daerah kampung tadi. "Gue aja yang nyetir, Bang." Diluc menawarkan diri karena merasa tak enak. Teman-temannya sudah terkena giliran menyetir soalnya, hanya ia yang belum ikut andil. Selain karena tak enak, Diluc juga merasa sedikit terganggu duduk di samping Kaeya. Anak itu sedari tadi hanya diam. Tapi, setiap ditanya masih bisa menjawab. Hanya saja terlihat seperti orang yang linglung. "Itu Kaeya masih aja?" tanya Zhongli sembari menepikan mobil.  "Kenapa, Bang?" sahut Kaeya yang merasa namanya disebut. "Jangan ngelamun, tatapan lo kosong banget gue liat daritadi." Zh...