Keberangkatan Kedua, Air Panas (02)
"Luc, kalo ngantuk gantian aja nyetirnya sama gue."
Diluc yang sedang menguap pun menengok ke samping. Matanya sudah merah ternyata karena menahan kantuk dan letih. "Bentar lagi sampai, Jax. Gausah," tolaknya.
"Diluc," panggil Zhongli dari belakang. Dapat didengar helaan napas dari pria itu. "Jangan dipaksain. Minggir aja dulu, yuk. Ngopi kita."
"Emang jam segini ada yang buka?" tanya Diluc heran.
"Ada setau gue. Biasanya jadi tempat ngumpul bapak-bapak," jawab Zhongli.
"Nah, tuh!" seru Ajax seketika sambil menunjuk ke depan. Ia melihat ada warung dari jarak kurang lebih 50 meter.
"Jangan," tukas Zhongli. Ia langsung memperlihatkan raut wajah tak enak. "Itu bukan warung," lanjutnya.
Ajax dan Diluc lantas langsung menengok ke sisi jalan yang sebentar lagi akan melewati warung yang dimaksud. Mata mereka berdua sukses terbelalak kaget melihat perubahan yang terjadi dari warung tersebut.
"Baca do'a, biar gak terkecoh lagi." Zhongli kembali mengingatkan. Ia tak habis pikir dengan kejadian di hari ini. Padahal belum satu hari tinggal, sudah mendapat teguran. Zhongli juga tak mampu membayangkan kondisi apabila ia menolak ajakan liburan ini.
Suasana di dalam mobil hening setelah penuturan dari Zhongli. Tak ada yang berani bersuara sekarang.
"Lo berdua kalo takut malah seolah nyumbang energi buat mereka muncul," tutur Zhongli memecah suasana.
"Bang, jangan ngomong gitu. Ini gue parno lagi. Balik Jakarta aja, yuk?" keluh Ajax.
"Ngaco. Masa gara-gara gitu malah batal liburan? Lo lupa tujuan awal kita apaan? Gue juga parno, Jax." Diluc mengoceh kesal.
"Udah, nanti jadi adu mulut. Di depan ada warung, ngopi di sana aja kita," lerai Zhongli.
Diluc memelankan laju mobilnya. "Beneran warung, 'kan?" tanyanya ingin memastikan.
Zhongli mengangguk.
Mobil pun menepi dan diparkirkan tepat di samping warung kecil-kecilan yang penjualnya sepertinya sudah berumur 40 tahun. Di sana tidak sepi karena ada beberapa orang juga yang sibuk menyeruput kopi atau hanya sekadar mengobrol biasa.
Sebelum turun dari mobil menyusul Diluc dan Ajax, Zhongli terlebih dahulu membangunkan Kaeya yang terlihat lebih mendingan dibanding sebelumnya.
"Ikut ngopi?" tanya Zhongli sesaat setelah Kaeya membuka matanya.
Perlu beberapa detik untuk Kaeya bisa mengumpulkan kesadarannya. Ia dapat merasakan badannya yang tadi terasa sangat berat kini telah kembali seperti sedia kala.
"Diluc sama Ajax udah turun." Zhongli membuka pintu mobil dan segera turun. Sepersekian detik kemudian Kaeya menyusul di belakangnya.
Dapat dilihat suasana di sekitar warung lumayan sepi karena adanya lahan kosong. Minimnya penerangan di sekitar warung, membuat kesan menyeramkan bagi orang yang melihatnya. Meski begitu, pembeli cukup ramai untuk di jam-jam sekarang.
"Bu, kopi satu." Zhongli bergabung dengan Ajax dan Diluc yang tengah menunggu pesanan mereka.
Tak berselang lama, dua jenis minuman—air putih dan kopi hitam—datang ke meja. Ajax yang kehausan langsung mengambil air putih hangat yang telah ia pesan. Alasannya tidak memesan kopi hanya karena tenggorokannya terasa sangat gatal.
"Anjir, panas banget ini air. Perasaan gue mesennya air anget, bukan panas," batin Ajax yang baru meminum satu teguk air.
"Jax, handphone lu ketinggalan di mobil apa emang sengaja mau ditinggal?" ucap Kaeya yang baru saja datang.
"Oh, iya."
Ajax pun berdiri dari duduknya dan segera kembali ke mobil untuk mengambil ponselnya sembari membawa gelas air tanpa sadar.
"Untung aja diingetin," gumam Ajax. Ia membuka pintu mobil dan mengambil ponsel miliknya yang berada di atas jok.
Citt.
Suara tikus yang datang entah darimana mengagetkan Ajax sehingga pria itu spontan menyiramkan air hangat yang nyaris panas itu ke tanah.
"Anjing, apaan itu?!" umpat Ajax.
Tikus yang tadi mengejutkan Ajax, terpaku di tanah karena air yang disiramkan ke badannya. Mungkin karena kesal, Ajax malah menendang tikus tersebut sehingga terlempar cukup jauh darinya.
"Aneh-aneh aja, bangsat." Ajax kembali ke warung dengan mulut yang masih mengomel.
Tanpa menyadari ada sesuatu yang muncul dari bagasi mobil sesaat setelah ia menyiramkan air panas tersebut.
Komentar
Posting Komentar