Postingan

Keberangkatan Ketiga, Datang (01)

Gambar
Diluc dan Zhongli kini telah tiba dari pasar sehabis membeli beberapa barang tambahan keperluan nanti saat di perjalanan. Pasalnya akan membutuhkan waktu 10 jam untuk tiba ke tempat tujuan wisata mereka karena harus menggunakan jalur laut.  Pun Ajax dan juga Kaeya yang hari ini terlambat bangun karena tragedi kemarin malam, sudah siap dengan setelan kaos oblong mereka. Meski di hati sebenarnya masih merasa begitu khawatir, tapi semuanya ditampik begitu saja dengan ekspetasi tempat wisata yang telah dibayangkan keindahannya. "Gak ada yang ketinggalan lagi, 'kan?" tanya Zhongli kepada teman-temannya yang lebih muda beberapa tahun darinya itu. Jujur saja, Zhongli semakin tak yakin dengan liburan kali ini. Walau ia dan yang lain memang sering berwisata, tapi untuk kali ini terasa begitu berbeda karena beberapa hari kemarin mendapat kejadian yang tidak mengenakkan di hati. "Udah, Bang. Sama Kaeya tadi juga dicek satu-satu," jawab Ajax sembari menyalakan s...

Keberangkatan Kedua, Air Panas (03)

Gambar
Derap langkah Ajax menjadi satu-satunya sumber kebisingan di malam ini. Semua penghuni rumah kedua milik Pantalone sudah tertidur. Hanya tersisa Ajax, Diluc, Zhongli, dan Kaeya yang masih terjaga di malam ini.  Karena ini bukan pertama kali Ajax tinggal di rumah Pantalone, ia tentu sudah hapal dengan denahnya. Tak terkecuali saklar-saklar lampu yang ada di dinding yang susunananya terbilang begitu rumit. "Gelap juga kalo lampunya mati gini. Tau gitu gue bawa handphone aja," gerutu Ajax sambil terus berjalan. Tepat di langkah ke-10, Ajax sudah sampai di depan tangga. Dapat dilihat sebuah saklar yang berada tepat di dinding yang ada di dekatnya. Namun, lampu tidak juga menyala saat Ajax sudah menekannya. Beberapa kali ia menekannya, tetap tidak ada perubahan sama sekali. "Ini rusak apa, ya?" Ajax berdecak kesal. Ia heran bagaimana bisa rumah sebesar ini memiliki masalah lampu yang tidak bisa menyala? "Bentar, Kae. Lampunya mati. Kayaknya gue harus man...

Keberangkatan Kedua, Air Panas (02)

Gambar
"Luc, kalo ngantuk gantian aja nyetirnya sama gue." Diluc yang sedang menguap pun menengok ke samping. Matanya sudah merah ternyata karena menahan kantuk dan letih. "Bentar lagi sampai, Jax. Gausah," tolaknya. "Diluc," panggil Zhongli dari belakang. Dapat didengar helaan napas dari pria itu. "Jangan dipaksain. Minggir aja dulu, yuk. Ngopi kita." "Emang jam segini ada yang buka?" tanya Diluc heran. "Ada setau gue. Biasanya jadi tempat ngumpul bapak-bapak," jawab Zhongli. "Nah, tuh!" seru Ajax seketika sambil menunjuk ke depan. Ia melihat ada warung dari jarak kurang lebih 50 meter. "Jangan," tukas Zhongli. Ia langsung memperlihatkan raut wajah tak enak. "Itu bukan warung," lanjutnya. Ajax dan Diluc lantas langsung menengok ke sisi jalan yang sebentar lagi akan melewati warung yang dimaksud. Mata mereka berdua sukses terbelalak kaget melihat perubahan yang terjadi dari warung tersebut.  ...

Keberangkatan Kedua, Air Panas (01)

Gambar
"Gantian nyetir, dong. Capek gue," keluh Zhongli. Tangannya sudah terasa sangat kaku karena menyetir cukup lama. Belum lagi sambil menahan gangguan-gangguan yang sedari tadi terus menghampirinya. Beruntung saja kini Zhongli, Ajax, Diluc, dan Kaeya sudah memasuki wilayah perkotaan yang penduduknya masih ramai berlalu-lalang. Tidak seperti saat mereka berada di daerah kampung tadi. "Gue aja yang nyetir, Bang." Diluc menawarkan diri karena merasa tak enak. Teman-temannya sudah terkena giliran menyetir soalnya, hanya ia yang belum ikut andil. Selain karena tak enak, Diluc juga merasa sedikit terganggu duduk di samping Kaeya. Anak itu sedari tadi hanya diam. Tapi, setiap ditanya masih bisa menjawab. Hanya saja terlihat seperti orang yang linglung. "Itu Kaeya masih aja?" tanya Zhongli sembari menepikan mobil.  "Kenapa, Bang?" sahut Kaeya yang merasa namanya disebut. "Jangan ngelamun, tatapan lo kosong banget gue liat daritadi." Zh...

Keberangkatan Pertama, Candi (02)

Gambar
Ajax mematikan ponselnya dan mencoba memberikan sinyal kepada Zhongli yang sibuk menyetir dengan beberapa kali mengetuk jarinya ke dashboard mobil.  "Gue udah tau," ucap Zhongli lirih. Hampir tidak terdengar, namun mampu masuk ke telinga Ajax. "Hm?" Terdengar suara lain dari jok belakang. Suara yang terdengar sangat berat dan sedikit lesu. Saat Ajax ingin mencari tahu asal suara tersebut, ia mendapati Kaeya yang duduk tepat di belakangnya tengah menunduk dengan bahu yang bergetar. Diluc yang juga manusia tentu takut. Ingin sekali berteriak atau lari, tapi kondisi seolah memaksanya untuk tetap diam. "Udah tau, ya?"  Sosok yang berpura-pura menjadi Kaeya itu mengangkat kepalanya untuk memperlihatkan wajahnya yang secara perlahan berubah menjadi sesosok kakek-kakek. Kulitnya pun memucat dengan beberapa bekas luka kering di bagian leher. "Bang, berhenti, Bang." Ajax panik setengah mati. Ia sudah banyak mengeluarkan keringat dingin. Zhong...

Keberangkatan Pertama, Candi (01)

Gambar
Langit mulai cerah mengiringi perjalanan Ajax dan kawan-kawan yang tengah melaju menuju sebuah tempat wisata di Kalimantan Selatan. Dengan jarak tempuh sekitar tiga hingga empat jam, para penumpang malah tertidur pulas di jok mereka. Sedangkan yang menjadi supir, Ajax, menghabiskan waktunya yang senyap sembari mendengarkan senandung musik. "Ini, ya?" monolog Ajax. Ia perlahan masuk ke parkiran tempat wisata yang ternyata cukup ramai akan pengunjung. Bersamaan dengan berhentinya mesin mobil, tiga teman Ajax yang tadi tertidur pun terbangun dari mimpi mereka masing-masing. Hanya diam selagi mengumpulkan kesadaran. Mata mereka sama-sama mencoba menangkap situasi yang tengah terjadi sekarang. Terkhusus Zhongli yang notabene- nya memiliki tingkat sensitif yang lumayan tinggi dibanding orang pada umumnya. Ia memandang ke sekitar melalui kaca mobil karena merasa ada hal yang aneh di sekitarnya. "Kok merinding gini, ya?" batin Zhongli. Ia mengangkat sebelah tang...